Dibuat oleh: Admin
Juma’at, 15 November 2024 / 13 Jumadal Ula 1446 H
Cinta sangat identik dengan perasaan kasih sayang, suka, dan sebagainya. Semua orang pastinya juga pernah merasakan cinta, mulai dari bayi, remaja, dan juga dewasa. Cinta tentunya ada pada masing-masing individu, namun cara mengungkapkan sebuah cinta juga akan berbeda-beda. Cinta tidak hanya membahas persoalan pasangan, namun di dalam sahabat dan keluarga juga terdapat cinta.
Dalam ajaran agama Islam sendiri tidak ada larangan apabila kita memiliki perasaan kepada lawan jenis, selama perasaan itu tidak dilanjutkan kepada hubungan yang mengandung unsur maksiat (Berpacaran, berdua-duaan dengan lawan jenis dsb). Hal ini berkaitan dengan sebuah kisah yang diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ujarnya, “Ada seseorang yang bersanding dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas lewatlah seseorang. Orang yang disanding Nabi tadi pun berkata, “Sejatinya aku mencintai orang ini”.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bertanya, ‘Sudahkah engkau beri tahu dia?’
Ia menjawab, ‘Belum’.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Kalau begitu berilah dia tahu’”.
Anas menceritakan, “Maka orang tadi pun mengejarnya seraya berkata, “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.”
Ia menimpali, ‘Semoga Dzat yang telah membuatmu mencintaiku, mencintaimu’”
(HR Abu Dawud).
Prof. Dr. AG. K. H. Al-Habib Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A. memberikan pesan kepada kita, baik laki-laki maupun perempuan, mencintai seseorang dengan niat untuk menikahinya, maka kita harus menyatakan kepada orang tersebut. Sehingga perlu kita garis bawahi bersama dari pernyataan tersebut dalam maksud untuk menikahinya.
Ini menjadi pesan untuk kita bahwa tidak ada seorangpun yang mengerti perasaan orang lain. Meski demikian, menurut beliau, agama Islam sendiri mengajarkan kepada kita untuk mencintai sesuatu dalam batas wajar,” Kalau engkau mencintai sesuatu, cintailah dengan wajar” tegasnya.