Mengapa Hendaknya Puasa Tasu’a?


Selasa, 1 Juli 2025 / 5 Muharram 1447 H
Dibuat oleh : Admin

Pada saat ini, kita telah memasuki bulan Muharram. Bulan pertama dalam kalender hijriah. pada bulan ini terdapat beberapa amalan yang biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW seperti puasa asyura yang dilakukan pada tanggal 10 Muharram, selain puasa asyura Rasulullah juga berpuasa sehari sebelumnya yakni pada tanggal 9 hijriah yang dinamakan dengan puasa tasu’a.

Puasa ini dianjurkan langsung oleh Rasulullah saw dalam haditsnya. Setidaknya, ada empat keutamaan yang bisa diperoleh dari menjalankan ibadah puasa tasua. Apa saja kutamaan-keutamaan dari berpuasa tasu’a, mari kita simak Bersama.

  1. Puasa paling utama setelah Ramadhan
    Hal ini sebagaimana disebutkan Rasulullah saw dalam sebuah haditsnya, “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR Muslim).
  2. Keutamaan karena salah satu dari empat bulan mulia
    Rasulullah saw menganjurkan kita untuk berpuasa di empat bulan mulia itu sebagaimana disampaikan dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan Imam Abu Dawud dan Imam Ibnu Majah. ‘Puasalah bulan Sabar (Ramadhan) dan tiga hari setelahnya, dan puasalah pada bulan-bulan mulia’.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan selainnya).
  3. Puasa sehari di bulan Muharram pahalanya seperti berpuasa selama 30 hari
    Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Orang yang berpuasa pada hari Arafah maka menjadi pelebur dosa dua tahun, dan orang yang berpuasa sehari dari bulan Muharram maka baginya sebab puasa setiap sehari pahala 30 hari puasa’.” (HR at-Thabarani dalam al-Mu’jamus Shaghîr. Ini hadits gharîb namun sanadnya tidak bermasalah).
  1. Sebagai puasa pembeda antara umat Islam dan umat Yahudi
    Puasa Tasu’a menjadi puasa pembeda antara umat Islam dengan umat Yahudi yang sama-sama berpuasa di hari Asyura. Hal ini sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad dari Ibnu Abbas, “Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya’.” (HR Ahmad).

Dalam konteks ini, lanjutnya, al-Hafidh Ibnu Hajar mengatakan tingkatan puasa Asyura itu ada tiga: pertama, puasa hari Asyura saja. Kedua, puasa Asyura disertai puasa Tasu’a. Ketiga, puasa Asyura disertai puasa Tasu’a dan puasa 11 Muharram. Hal ini sebagaimana diterangkan Imam Ahmad bin Ali bin Hajar Al-‘Asqalani dalam kitab Fathul Bâri Syarhu Shahîhil Bukhâri.

Semoga Allah SWT memampukan dan memudahkan kita untuk menjalankan puasa-puasa di bulan Muharram ini.