Dibuat oleh : Admin
Kamis, 22 Agustus 2024 / 17 Safar 1446 H
Pada beberapa waktu lalu, banyak berita yang menyampaikan tentang terjadinya bencana kekeringan di beberapa daerah di DIY. Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIY, Reni Kraningtyas. Mengungkapkan bahwa peringatan dini kekeringan meteorologis dikeluarkan karena berkurangnya curah hujan. “Peringatan dini kekeringan meteorologis adalah berkurangnya curah hujan dari keadaan normalnya, dalam jangka waktu yang panjang dengan kurun waktu bulanan, dua bulanan dan seterusnya,” kata Reni dalam keterangan tertulis yang dikutip detikJogja, Selasa (20/8/2024).
Reni menjelaskan, peringatan ini dikeluarkan berdasarkan hasil pemantauan curah hujan hingga tanggal 20 Agustus 2024. Selain itu juga prakiraan peluang curah hujan 2 dasarian ke depan. Kemudian telah mengalami hari tanpa hujan lebih dari 31 hari dan prakiraan curah hujan rendah kurang 20 mm/dasarian dengan peluang terjadi di atas 70 persen, berdasarkan hal tersebut, Reni menjelaskan seluruh wilyah DIY dalam status siaga kekeringan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Yogyakarta, Noviar Rahmad, mengatakaan kepada Tempo.co tentang kabupaten yang paling terimbas kemarau pada tahun ini adalah Gunungkidul, Bantul, serta Kulon Progo.
“Sebanyak 1.153 hektare lahan pertanian di kabupaten-kabupaten itu terdampak kekeringan dan sebagian besar mengalami puso (gagal panen),” katanya pada Senin, 19 Agustus 2024.
Khusus di Kabupaten Gunungkidul, ada 10 kecamatan yang lahannya terganggu oleh kekeringan panjang. Area yang dimaksud mulai dari Semanu, Saptosari, Playen, Karangmojo, Gedangsari, Semin, Ngawen, Ponjong, Nglipar, sampai Patuk. Sebagian besar tanaman padi yang gagal panen di Gunungkidul ada di lahan sawah tadah hujan.
Dari informasi diatas, ada sebuah pertanyaan bagaimana tanggapan kita dalam memberi respon dalam kasus bencana kekeringan ini?.
Yang perlu kita pahami bersama, Sedekah air merupakan suatu bentuk sedekah yang teramat disukai oleh Rasulullah SAW. Hal ini tercatat dalam hadits dari Sa’id bin Al-Musayyib, dari Sa’ad bin ‘Ubadah, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ أَفَأَتَصَدَّقُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ قُلْتُ فَأَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ سَقْيُ الْمَاءِ
“Wahai Rasulullah, sungguh ibuku telah meninggal dunia, apakah boleh aku bersedekah atas namanya?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Iya, boleh.” Sa’ad bertanya lagi, “Lalu sedekah apa yang paling afdal?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Memberi minum air.” (HR. An-Nasai, no. 3694 dan 3695. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari jalur lainnya).
Lalu mengapa sedekah air menjadi suatu sedekah yang sangat afdal?
Pertanyaan ini dijawab oleh Abu ‘Abdirrahman Syarof Al-Haqq Muhammad Asyraf Ash-Shidiqi Al-‘Azhim Abaadi, penulis kitab ‘Aun Al-Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud mengatakan, “Air dikatakan sebagai sedekah yang lebih utama karena kemanfaatannya sangat luas untuk urusan agama dan duniawi”. ‘Aun Al-Ma’bud, 3:76.