Dibuat oleh: Admin
Senin, 23 September 2024 / 19 Rabiulawal 1446 H
Allah SWT senantiasa menebarkan rahmat, karunia, dan rezeki-Nya. Tugas seorang hamba adalah mencari, berdoa, dan yakin percaya kepada Allah atas segala jalan yang Dia tunjukkan. Seperti yang di sebutkan dalam firmanya pada surah Ar Rum ayat 37 yang berbunyi :
اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّ اللّٰهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيَقْدِرُۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ
Artinya : “Tidakkah mereka memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi(-nya). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang beriman.”
Namun perlu kita sadari bersama bahwasannya harta berlebih yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita bisa jadi merupakan suatu istidroj, yaitu agar semakin membuat seseorang terlena dalam maksiat dan kekufuran. Artinya disebabkan maksiat atau kesyirikan yang ia perbuat, Allah beri ia kekayaan, akhirnya ia pun semakin larut dalam kekayaan tersebut dan membuat ia semakin kufur pada Allah. Ia memang pantas diberi kekayaan, namun karena ia adalah orang yang durhaka. Kekayaan ini diberikan hanya untuk membuat ia semakin terlena dan bukan karena dirinya mulia. Jadi pemberian kekayaan bukanlah menunjukkan kemuliaan seseorang, akan tetapi untuk menjerumuskan kita kedalam maksiat.
Allah subhanahu wa ta’ala mengisahkan,
إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِينَ (17) وَلَا يَسْتَثْنُونَ (18) فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِنْ رَبِّكَ وَهُمْ نَائِمُونَ (19)
“Sesungguhnya Kami telah mencobai mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil)nya di pagi hari. dan mereka tidak menyisihkan (hak fakir miskin), lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur.” (QS. Al Qolam: 17-19).
Dengan demikian dapat kita ketahui bersama bahwa harta yang diberikan kepada hambanya sesuai dengan keadilan Allah sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan hambanya. Namun perlu kita pahami bersama atas harta berlebih yang Allah berikan memiliki dua kemungkinan :
- Pertama : Itulah yang Allah takdirkan karena memang pantas untuknya. Jika diberi kefakiran, malah ia akan kufur pada Allah.
- Kedua : karena istidrojyakni membuat seorang hamba semakin terlena dalam maksiat dan kekufuran atas harta dunia yang dia peroleh.
Dalam kemungkinan yang kedua tersebut sesuai dengan firman Allah dalam QS.Ash shof ayat 5 yang berbunyi :
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ
Yang artinya : “Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), maka Allah terus akan memalingkan hati mereka.” (QS. Ash Shof: 5).
Kita harusnya mewaspadai kemungkinan yang kedua ini. Jangan-jangan kekayaan yang Allah beri, malah dalam rangka membuat kita semakin larut dalam maksiat, syirik dan kekufuran.
Sehingga jika sudah kita mengerti hal ini, maka kita tidak perlu iri pada orang yang memiliki kekayaan lebih dari kita. Karena jika hal itu memang pantas untuknya, mengapa kita mesti iri? Justru karena itulah seharusnya kita semakin bersyukur pada Allah atas nikmat harta yang Allah beri.