Dibuat oleh: Administrator
Senin,1 Juli 2024 / 24 Dzulhijjah 1445 H
Rasa cinta kepada harta dunia adalah suatu perasaan yang cenderung dimiliki banyak orang, sangat banyak kisah yang telah disampaikan tentang orang-orang terdahulu seperti kisah Qarun yang mana harta mampu membuatnya sombong kepada Allah.
Allah SWT telah melimpahkan kekayaan padanya bukan sebagai suatu berkah akan tetapi limpahan harta yang Allah berikan adalah istidraj sehingga Qarun makin tenggelam dengan keingkarannya kepada Allah.
Kekayaan yang Allah limpahkan kepada Qarun tidaklah sedikit, bahkan dalam kisahnya disebutkan bahwa tumpukan kunci gudang yang ia gunakan untuk menyimpan hartanya tidaklah mampu diangkat oleh orang-orang kuat sekalipun,sehingga bisa kita bayangkan bersama seberapa banyak harta yang dimiliki Qarun sehingga dia bisa menjadi seorang yang sombong dan angkuh kepada Allah.
Dalam hal ini, istidraj bagi Qarun adalah suatu jebakan berupa kelapangan rezeki, yang diberi dalam keadaan terus menerus meski ingkar kepada Allah SWT. Hal itu tergambar dalam hadis riwayat Uqbah bin Amir bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari [perkara] dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan] dari Allah),” (H.R. Ahmad).
Kisah Qarun yang melampaui batas ini diabadikan dalam Al-Quran yang berbunyi “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. Ingatlah ketika kaumnya berkata kepadanya: ‘Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri,” (QS. Al-Qasas [28]: 76).
Peringatan keras yang telah Allah sampaikan kepada manusia atas harta dunia terdapat dalam surat Al Munafiqun ayat 9 yang berbunyi :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
Artinya “ Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu membuatmu lalai dari mengingat Allah. Siapa yang berbuat demikian, mereka itulah orang-orang yang merugi ”.
Rasulullah SAW juga berpesan, “ diantara keturunan Adam (manusia) ada yang berkata “ Hartaku adalah hartaku”. Padahal sesungguhnya kalian tidak memiliki sedikitpun bagian dari harta itu, kecuali yang telah kalian sedekahkan, sehingga menjadi kekal nilai pahalanya. Juga kalian makan sampai habis dan yang kalian pakai hingga usang.” Lalu ada seorang sahabat bertanya, “ wahai Rasulullah, kenapa aku merasa tidak menyukai mati.” Beliau balik bertanya “ Apakah lantaran engkau memiliki banyak harta?” sahabat menjawab “ Benar “ Rasulullah menyarankan padanya “ Nafkahkanlah hartamu, karena hati orang mukmin itu beserta harta yang dinafkahkannya (dijalan Allah). Dimana apabila hartanya itu dinafkahkan, makan ia pasti selalu menyertainya. Dan jika ditinggalkan, maka ia hanya ingin tinggal sementara bersamanya.”
Yang perlu kita ketahui bersama bahwa harta juga memiliki sifat terpuji karena dalam beberapa firmanya Allah menyebutkan harta dengan menggunakan kata Khairan (kebaikan). Sebagaimana Allah berfirman :
اِنْ تَرَكَ خَيْرًاۖ ࣙالْوَصِيَّةُ
“ Jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiatlah”
Diperkuat dengan statemen Rasulullah “ Sebaik baiknya harta yang halal ialah milik orang-orang sholeh.”
Sesungguhnya apa yang dituju oleh orang-orang yang bijak adalah kebahagiaan yang abadi dan harta adalah salah satu sarana untuk mencapai kebahagiaan abadi tersebut. Perumpamaan harta ialah seperti ular yang mengandung racun sekaligus obat penawar. Diantara manfaatnya seperti obat penawar, sedsngkan bahaya yang dikandungnya seperti racun, maka barangsiapa mengetahui lalu bisa menghindar dari racunya dan memanfaatkan obat penawarnya, maka ditangannya harta menjadi terpuji.
Lalu bagaimana sikap kita apabila menyaksikan seseorang yang memiliki kelebihan harta? Kita juga tidak diperkenankan untuk menyimpan rasa iri dengki kepada orang yang memiliki harta yang berlebih karena dengan keadaan yang sedang kita alami sekarang akan menjadi terpuji apabila kita tidak bersikap dengki terhadap milik orang lain (saudaranya), semua itu tidak akan terwujud kecuali jika kita melazimkan sifat qanaah (menerima bagian dengan ikhlas) sesuai dengan kadar yang kita butuhkan. Seperti makan,minum dan pakaian. Sehingga merasa cukup atas jumlah yang paling sedikit dan rendah sekalipun.
Rasulullah SAW bersabda
إِنَّ رُوْحَ القُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا ، فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ
“Sesungguhnya malaikat Jibril, telah membisikkan ke dalam hatiku bahwa jiwa manusia tidak akan mati sebelum dipenuhi rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah permintaanmu. (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8: 166, hadits sahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah no. 2866).
Semoga kita selalu terbiasa dalam menyikapi sifat qana ah dan menghindari rasa iri dengki kepada sesama yang dapat menyebabkan penyakit hati sehingga kita termasuk dalam golongan orang orang mukmin. Wallahua lam.