Antara Syawal Dan Fenomena Balik Ke Asal

 

Dibuat oleh: Admin
22 April 2025 / 23 Syawal 1446 H

Ramadhan telah berlalu. Gemuruh takbir telah mereda. Hidangan khas lebaran telah dinikmati, dan suasana Idul Fitri pun berangsur menjadi kenangan. Namun, di balik semua euforia Syawal, ada satu fenomena yang patut kita renungi bersama: fenomena “balik ke asal.”

Selama sebulan penuh, umat Islam ditempa dalam disiplin spiritual. Kita bangun lebih awal untuk sahur, menahan lapar dan dahaga, menjaga lisan, menahan amarah, bahkan mengurangi aktivitas duniawi demi memperbanyak ibadah. Banyak dari kita yang tiba-tiba rajin tadarus, shalat malam, dan bersedekah. Ramadhan bagaikan madrasah kehidupan yang menuntun kita kembali ke fitrah: suci, taat, dan bertakwa. Namun, sayangnya  Tidak sedikit dari kita yang setelah Ramadhan justru kembali ke kebiasaan lama—meninggalkan shalat berjamaah, lalai membaca Al-Qur’an, kembali berkata kasar, bahkan membiarkan hawa nafsu kembali mengendalikan diri. Seolah-olah semangat ibadah yang begitu tinggi selama Ramadhan hanyalah “musiman.”

Inilah yang disebut fenomena “balik ke asal.” Bukan kembali ke fitrah, tapi kembali ke titik sebelum Ramadhan, seolah-olah Ramadhan tak pernah mengubah apa-apa. Lalu mengapa fenomena ini biasa terjadi ? mari kita ulas Bersama dalam artikel kali ini.

  1. Ibadah yang berbasis momen, bukan kesadaran
    Banyak yang menjalani ibadah di Ramadhan karena suasana atau “efek keramaian,” bukan karena kesadaran pribadi yang mendalam.
  1. Kurangnya evaluasi diri
    Setelah Ramadhan, kita jarang merenung: “Apa yang berubah dalam diriku?” Padahal evaluasi pasca-Ramadhan sangat penting untuk menjaga konsistensi.
  1. Belum menjadikan ketaqwaan sebagai gaya hidup
    Ramadhan seharusnya menjadi titik awal pembentukan pribadi muttaqin (bertakwa), bukan hanya momen spiritual sesaat.

Lalu apa yang bisa lakukan dalam menyikapi hal tersebut? Penulis memiliki opini dalam bagaimana cara kita menyikapi fenomena ini dengan beberapa cara seperti :

  1. Menjadikan bulan Syawal sebagai sebuah awal baru
    Dengan memanfaatkan Ramadhan sebagai pondasi dalam membangun kebiasaan ibadah yang berkelanjutan, bukan hanya dilakukan selama 30 hari saja.
  1. Memiliki target ibadah pasca Ramadhan
    Seperti tetap melaksanakan sholat malam, tadarus rutin dan segala amalan yang telah dilakukan di bulan Ramadhan
  1. Mengawali bulan Syawal dengan berpuasa sunnah
    Rasulullah SAW menganjurkan kita sebagai umatnya untuk berpuasa selama 6 hari di bulan Syawal. Selain mendapat pahala yang besar, berpuasa di bulan Syawal menjadi sebuah cara yang optimal dalam menjaga semangat beribadah kita setelah melewati bulan Ramadhan.
  1. Berkumpul dengan orang soleh
    Karena dapat membantu kita dalam menjaga semangat kita dalam beribadah kepada Allah

Wallahu a’lam bishshowwab.